Rabu, 23 Mei 2012

sistim peternakan lahan kering sumba timur


PETERNAKAN KUDA DAN SISTIM PEMELIHARAANYA
DI DAERAH
SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)
A.    Asal usul kuda Sumba Timur

Pada zaman dahulu, kuda sering dipakai sebagai kendaraan perang oleh masyarakat Sumba.. Kuda adalahhewanyang melambangkan ketaatan paling utama.Kuda tunggangan piliha disebut njara madewa, artinya kuda sehidup semati, yang ketaatatannya tidak terbatas di dunia saja, bahkan juga di alam baka.Itu sebabnya banyak yang berpendirian bahwa kuda kesayangan harus dikorbankan pada saat kubur majikannya hendak ditutup untuk selamanya agar bersamaan dengan lepasnya roh dari kubur, roh kuda kesayangannya telah siap mengantar roh majikannya ke Parai Marapu.Tapi, kakak kandung seorang yang menninggal berhak memelihara kuda kesayangan adiknya dengan mengganti seekor kuda jantan gagah untuk dikorbankan.Di beberapa tempat kuda kesayangan tetap dibiarkan hidup. Hanya selama beberapa hari kuda itu diikat pada nisan atau kubur majikannya untuk kemudian diambil dan dipelihara oleh kakak atau pamannya. Tapi, pada saat upacara menutup batu kubur, kuda kesayangan itu diikutsertakan dan seolah-olah akan disembilah, namun yang dikorbankan dengan sesungguhnya adalah seekor kuda jantan lainnya.
Pasola merupakan salah satu bukti kepiawaian pria Sumba menunggang kuda sambil berperang.Pasola juga merupakan ritual masyarakat penganut kepercayaan Merapu untuk meminta berkah para dewa agar panen berhasil baik.Di Sumba Barat, ritual Pasola diadakan setiap tahun, antara bulan Februari dan Maret. Pasola merupakan atraksi adat dalam bentuk perang-perangan oleh dua kelompok berkuda beranggotakan sekitar 100 orang.Mereka saling berhadapan bersenjatakan tombak berujung tumpul.Dalam satu dasawarsa terakhir tombak diganti dengan kayu yang dibuat seperti tombak.Terkadang ada korban jiwa dalam pasola.Namun tidak bisa diproses secara hukum.Masyarakat setempat percaya bahwa korban yang meninggal dunia dalam ritual itu sebagai hukuman para dewa kepada yang bersangkutan.
Kuda sandel atau kuda sumba sampai sekarang masih merupakan jenis kuda dengan populasi terbesar di Pulau Sumba dan dikirim  ke luar  Pulau Sumba antara lain ke Sulawesi, Jawa,  Madura, Bali, Jakarta bahkan ke Kalimantan untuk dipergunakan sebagai kuda tarik, kuda tunggang serta kuda pacu.  Kuda Sandelwood terkenal karena kekuatan dan daya tahan yang tinggi. Kondisi alam yang tidak ramah itu telah membentuk kuda sumba sebagai salah satu jenis kuda dengan stamina yang kuat. Daya tahan tubuh kuda sandel telah teruji secara nasional dan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kelas penunggang terlama dan terjauh bersama penunggang asal Lembang, Jawa Barat, Billy Mamola pada Agustus 2008 lalu di Lembang, Jawa Barat. Kuda  Sumba mampu menempuh perjalanan  500 kilometer dari Lembang, Jawa Barat sampai ke Pangandaran, daerah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sebagai pencinta kuda, Billy Mamola mengaku menjatuhkan pilihan pada kuda sumba karena kuda sumba mempunyai kuku yang sangat kuat.   Bily mengaku kagum dengan kuda sumba karena postur dan kukunya kuat.  Perbaikan kualitas menjadi prioritas. Sayang, Pemerintah Daerah Sumba Timur secara khusus belum  memiliki pusat pembibitan kuda suma yang memadai. Bupati Sumba Timur, Drs. Gidion Mbilijora pernah mengungkapkan akan membangun pusat pembibitan kuda di daerah. Namun rencana itu tetap disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.Saat ini pusat pembibitan kuda masih bergabung dengan sapi dan kerbau.Namun pusat-pusat pembibitan di masyarakat sebenarnya cukup banyak.
Salah satunya adalah pusat pembibitan milik Sukianto Untono.Bahkan kuda-kuda hasil penangkaran Sukianto sudah menembus pasar nasional dan pernah mencetak prestasi di tingkat nasional.Meskipun telah mencetak prestasi secara nasional, perhatian dan dukungan pemerintah daerah untuk prestasi olah raga berkuda masih rendah.Hal itu pernah dikeluhkan Sukianto ketika kudanya mencetak prestasi di tingkat nasional beberapa waktu lalu. Selain untuk kejuaraan di tingkat nasional, orang sumba sendiri mempunyai tradisi pacuan kuda tradisional. Pacuan kuda tradisional ini dilakukan oleh para joki yang masih berusia belia.
Dalam pacuan kuda tradisional ini para joki tanpa dilengkapi pengaman.Demikian juga dengan kuda yang digunakan dalam pacuan tradisional tersebut.Orang jatuh dari kuda dalam acara tersebut sudah biasa. Namun tidak pernah ada yang meninggal dunia karena orang sumba memiliki tata cara penyembuhan secara tradisional. Para joki yang jatuh dari kuda hanya disirami air yang didoakan para imam Merapu dan sudah bisa bangkit dan kembali mengikuti perlombaan.
Bagi orang luar Sumba ini mungkin menakutkan dan mengerikan. Namun bagi orang sumba, di sinilah tempatnya menguji nyali. Tidak hanya penunggangnya tetapi juga kecepatan dan daya tahan kuda.Orang rela taruhan puluhan juta rupiah untuk kuda jagoannya.Karena itu, tidak heran jika pagelaran pacuan kuda juga menjadi surga bagi para penjudi.
Tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak sekolah berseragam putih  merah, putih biru maupun putih abu. Itu sebabnya terkadang perlombaan pacuan kuda juga menjadi biang terjadinya konflik yang melibatkan massa dalam jumlah besar.Lepas dari itu semua, peningkatan kualitas kuda sumba yang sudah menjadi ikon tanah Sumba harus menjadi perhatian semua pihak, terutama pemerintah daerah.

B.     Status dan keadaan kuda sumba saat ini
Segerombolan kuda berwarna coklat kemerahan, hitam, dan abu-abu berlarian di padang savana sambil meringkik di Desa Wunga, Kecamatan Hahar, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Kuda adalah simbol kendaraan nenek moyang masyarakat Sumba dan bernilai adat istiadat.Kuda mempunyai ikatan historis.Menyebut kata Sumba, orang membayangkan kuda.Kuda telah menjadi bagian dari hidup masyarakat di pulau paling selatan Indonesia itu sejak pertengahan abad ke-18 Masehi.Itu jauh sebelum Belanda mendatangkan sapi ongole dan menetapkan Sumba sebagai pusat pembibitan tahun 1914.

Anggota DPRD NTT dari Daerah Pemilihan Sumba, John Umbu Detta, di Kupang, Selasa (20/4), mengatakan, kuda sumba termasuk ras timur yang diduga keturunan kuda mongol. Penyebarannya ke wilayah Asia diperkirakan bersama dengan penyebaran agama Hindu.
Kuda sumba sangat erat kaitannya dengan budaya masyarakat. Pada setiap pesta adat, kuda selalu dilibatkan.”Dalam pesta budaya pasola, puluhan, bahkan ratusan, kuda dilibatkan bermain dalam adu ketangkasan melempar lembing dari atas kuda yang berlari kencang,” papar Tuya Nggaba (46), peternak asal Pahunga Lodu, Sumba Timur.

Kuda diibaratkan sebagai kendaraan nenek moyang. Jika kuda sedang meringkik di padang savana, itu menunjukkan nenek moyang sedang datang menunggangi kuda tersebut. Penggembala kuda pun harus mengenakan pakaian adat Sumba selama menggembala.

Selain memiliki fungsi kuda beban, hewan sembelihan, kuda pacu, atau sarana menggembala sapi, kuda juga berfungsi sebagai mahar dan mobilisasi penduduk.

Harga satu ekor kuda biasa berkisar Rp 2 juta-Rp 8 juta.Kuda pacu berkisar Rp 10 juta-Rp 250 juta, tergantung dari berapa kali kuda itu memenangi pertandingan tingkat nasional atau regional.Semakin banyak trofi yang diraih, harga kuda semakin tinggi.

Belakangan, kuda pacu juga menghadirkan gengsi sosial yang tinggi di kalangan warga Sumba.Bahkan, sejumlah warga Tionghoa memiliki bisnis jual beli kuda pacu. Kuda dijual sampai ke Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, dan seluruh daratan Nusa Tenggara Timur dengan harga hingga Rp 250 juta per ekor. Populasi kuda sumba turun menjelang pertengahan abad ke-20 akibat serangan penyakit antraks. Populasi sempat meningkat lagi melalui perkawinan silang dengan kuda Australia.Saat ini, menurut Umbu Detta, populasi kuda sumba terus menurun dan terancam punah karena diperdagangkan secara bebas ke luar daerah, seperti Bima, Makassar, Denpasar, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Kuda sumba biasanya dibeli untuk andong/transportasi, pacu, konsumsi, atau sebagai kuda perah seperti di Bima. Populasi kuda sumba diperkirakan tinggal sekitar 50.000 ekor. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur Robert Gana menjamin, kuda sumba tak akan punah.(KORNELIS KEWA AMA)

C.     Sistim pemeliharaan kuda sumba
Kuda-kuda di Sumba hidup bebas di padang pengembalaan. Tak ada pagar yang membatasi ruang gerak mereka.Kecuali kuda pacu, yang dipelihara khusus.Kekuatan kuda sumba yang bertumpu pada kuku diperkirakan disebabkan kondisi alam Sumba yang tandus dan berbukit-bukit serta cara pemeliharaan yang dilakukan secara ekstensif atau  dilepas bebas merumput di padang. Jenis makanan kuda Sumba dari rerumputan liar, kata Billy, diperkirakan ikut mempengaruhi kekuatan dan daya tahan kuda sumba. Tentu saja ke depan,  peningkatan kualitas kuda sumba tidak sepenuhnya diserahkan kepada alam.
Harga kuda pacu bisa mencapai ratusan juta rupiah.  Sumba, terutama Sumba Timur kemudian dikenal sebagai daerah penangkaran kuda pada abad ke-19 ketika Belanda mulai memperbaiki kualitas kuda sumba dengan cara mengawinkan kuda sumba dengan kuda arab. Kawin silang inilah yang menghasilkan kuda sumba yang dikembangkan masyarakat Sumba sampai saat ini.

D.    Metode penelitian
Ø  Kerangka pemikiran
Dalam proses pembelajaran matakuliah sistim peternakan lahan kering perlu menegetahui sistim peternakan yang ada di daerah – daerah sebagai contoh dan bahan alisa bagi mahasiswa untuk mengetahui cara pemeliharaan ternak pada lahan kering di daerah Sumba Timur (NTT).
Ø  Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atasyang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Apakah peternakan kuda di sumba timur menggunakan system peternakan lahan kering ?
















Penutup
Dari uraian di atas dapat di ambil saran dan kesimpulan yaitu system peternakan didaerah Sumba Timur adalah system bebas di padang yang artinya sistim peternkan lahan kering dan di kandangkan. Kuda-kuda di Sumba hidup bebas di padang pengembalaan. Tak ada pagar yang membatasi ruang gerak mereka.Kecuali kuda pacu, yang dipelihara khusus.Kekuatan kuda sumba yang bertumpu pada kuku diperkirakan disebabkan kondisi alam Sumba yang tandus dan berbukit-bukit serta cara pemeliharaan yang dilakukan secara ekstensif atau  dilepas bebas merumput di padang. Jenis makanan kuda Sumba dari rerumputan liar, kata Billy, diperkirakan ikut mempengaruhi kekuatan dan daya tahan kuda sumba. Tentu saja ke depan,  peningkatan kualitas kuda sumba tidak sepenuhnya diserahkan kepada alam.














DAFTAR PUSTAKA











Tidak ada komentar:

Posting Komentar